Tuesday, December 23, 2025

Hai pagi....
Apa embun sudah disini
Rumput menunggu kesejukan
Hai siang ....
Mengapa berganti petang
Pohon menanti kehangatan 
Hai petang ...
Dimana awan awan 
Akar menginginkan keteduhan
Hai malam ...
Kapan kau sapa bintang
Bunga mendambakan ketenangan 

sambut aku jika tak datang 

sambit aku jika tak pulang

sebut aku jika petang

sabit aku jika lekang

datanglah ke mimpiku

lalu tampar aku

jika napsuku beku


datanglah ke kalbuku

lalu tendang aku

jika nafasku kaku


Datanglah ke nadiku 

lalu pacu aku 

jika darahku tak laku


Datanglah ke jiwaku

 lalu bakar aku 

jika hidupku terpaku

sekali saja tolong hisap
mungkin tak berasa

tapi tenang kau dapat

tak jadi mengumpat


sekali saja kau bakar

tak usah bertengkar

tak akan tertukar

hanya tertular


sekali saja kau cela

jiwamu tak rela

tubuhmu membela

lalu akan menyala

Pintu durhaka

menatapnya celaka 

mengetuknya berdosa

membukanya durjana

sebentar saja disini
hingga ku berkedip
pergilah jika sudah
rinduku tak lelah

Biar detik yang sempit 
Mengukir kenangan rumit 
Tak perlu janji setia 
Cukup hadirmu yang nyata

Karena saat kau menjauh 
Hatiku takkan rapuh 
Ia tahu cara menunggu 
Tanpa diburu waktu

Aku tak memintamu menetap selamanya, karena aku tahu kakimu tercipta untuk melangkah. Maka, sebentar saja disini. Beri aku waktu hingga ku berkedip, untuk merekam senyummu dalam ingatan fotografisku.

Setelah itu, pergilah jika sudah. Tak perlu menoleh dengan rasa bersalah. Karena sejauh apa pun kau melangkah, rinduku tak lelah. Ia akan tetap hidup, bernapas tenang, menantimu atau sekadar mengenangmu dalam diam."

Sebentar saja disini 
Hingga ku berkedip

Dalam gelap sekejap mata 
Kusembunyikan potret kita 
Agar saat mata terbuka 
Kau boleh tiada, tapi rasa tetap ada

Pergilah jika sudah 
Rinduku tak lelah

Ia tak butuh raga 
Cukup bayangmu saja 
Menemaniku menua 
Di batas senja.

sederet huruf berbaris 

kucumbu dengan manis

dua benjolan lembut

bergaul hingga larut


khayal durjana

melihatmu terbuka 

mimpi pengelana

menatapmu bermakna

Di batas logika kau tawarkan surga 

di ujung dahaga kau jadi telaga

setiap denting yang ku petik

nadanya berbeda kadang sama

setiap mata yang ku kedip 

warnanya berbeda terkadang samar


Setiap langkah yang ku tuju 

Jejaknya berbeda walau berdebu 

Setiap rasa yang ku eja 

Maknanya berbeda entah kemana

Si hitam musuh yang ku regut
ku telan tanpa pesan

Si Putih kawan yang ku renggut
ku bakar tanpa kesan 

hitam musuhku saat terkantuk
putih kawanku saat terkutuk

insomnia sepuluh jari
salah satu sela menari
terbakar di depan bibir
asap membuka tabir

pembohong dua mata 
menatap sejuta kata
bermimpi saat terjaga
tertidur saat berlaga

Gelas retak di atas meja 
menampung sisa nyawa yang ada 
pagi datang tanpa menyapa 
menyisakan abu, menghapus luka

Monday, December 22, 2025

Kopi di atas mejaku manis yang tertahan

Gula di dalam kuemu pahit yang dibuang

Kita adalah dua rasa yang tak sempat bertemu, Di meja yang sama, namun di dunia yang kelabu. Cangkirku mendingin, kuemu tak lagi utuh, Menunggu kata yang sejak lama telah runtuh.

mengagumi camar terbang di atas langit orang
berlayar di perahu yang hampir saja karam
memandang nya dengan sayap yang mengembang
haluan terombang ambing ombak nan suram

camar melayang meratap awan menuju senja  
gelombang mendorong buritan menuju garis simfoni
Menyimpan luka di balik cakrawala yang manja, 
Menanti takdir di tengah laut yang sunyi.

 Di rumahku, hening adalah teriakan yang panjang. Di rumahmu, gaduh adalah sepi yang menyamar. Kita adalah dua cangkir yang retak isinya, Menampung anggur pahit setiap malam.

Ada frekuensi ganjil yang menyusup ke kepalaku, Sinyal darurat dari matamu yang jauh. Ingin kuretas jarak itu, Menjadi jarum yang menjahit sobekan di layarmu. Tapi kemudiku sudah dikunci ke arah utara, Sementara kau hanyut ke selatan.

Rindu ini menjadi hantu tanpa kaki, Melayang menembus dinding, duduk di tepi ranjangmu. Ia ingin menyeka debu di wajahmu, Tapi sadar ia tak punya wujud, Hanya uap panas yang lahir dari dinginnya sebuah ikatan. Kita ada, tapi dilarang menjadi "kita".

 Kita adalah dua garis paralel yang terluka, Berlari di atas rel yang berkarat, Menuju stasiun yang sudah lama tutup. Di punggungmu, ada beban benang kusut yang tak kau pilih, Di punggungku, ada jangkar yang menyeret ke dasar laut.

Aku ingin menjadi oksigen di ruang hampa dadamu, Tapi kita terpisah oleh tembok kaca tebal, Yang dibangun dari sisa-sisa sumpah yang mulai retak. Aku melihatmu tenggelam, Dan aku hanya bisa mengulurkan tangan yang terpasung.

Rindu ini adalah anomali, Bunga liar yang tumbuh di antara beton dan besi. Ia tidak meminta air, ia hanya meminta udara. Namun kita dilarang bernapas di satu atmosfer yang sama. Kita hanya boleh saling merasa, Lewat getaran tanah yang sama-sama rapuh.

Seperti air melangkah dengan pasti
Biar kemarin tak kuhiraukan lagi
Aku lukis cerita untuk esok hari
Tak perlu resah dengan kisah tak berarti

Seperti surya aku akan kan berlalu
Menjelang bulan yang indah slalu
Mengiringi bintang yang muncul malu malu
Tak akan hilang seperti masa lalu

Seperti angin aku kan terbang
Menerpa pagi dan siang dan petang
Membisik dunia dengan jiwa yang riang
Tak akan ada problema disaat tenang




Nanti kulanjut cerita hari ini
Setelah ego mereda di hati
Bergumam pun tak ada arti
Hanya perlu menyadarkan diri
Karena marah hanya melukai
Dan sabar adalah obat yang pasti


Ada kantuk yang terkutuk

Saat aku membayang wajah seorang

Hening malam kian menusuk

Memaksaku memeluk bayang

​Ada mimpi yang menyakiti

Saat tersadar kau tak kumiliki

Hanya hampa yang menemani

Di antara harap dan realiti kumiliki

Menulis bukan untuk mengikis
Menghapus bukan untuk menghunus
Menerka bukan untuk prasangka
Menjawab agar semua mustajab

Lima jari untuk menggenggam
Dua kaki untuk berjalan
Sepuluh jari agar seragam
Empat kaki menjadi simpulan 

Mataku tak jelas melihat
Biar ku guna agar mataku menjadi empat
Kupingku tak jelas mendengar
Biar kututup agar tak ada yang sangar

Antara piring dan sendok
Aku sisa tulang seongok
Tak usah dibuang
Kucing tetap sayang

Tetes hina ini sudah tumbuh
Sangat jelas hasil bersetubuh
Memang ada yang terbuang
Namun semua dari kasih sayang

Menghisap asap penuh aroma
Selinting tembakau padu bersama
Meneguk pekat dalam gelas
Sehitam prasangka yang tak jelas

Bertahta perlu berkata
Berdalih tak perlu kasta
Hitam memang pekat
Putih itu harkat

Tiba tiba kata kata itu ada
Pagi pagi ciri ciri itu manja
Lagi lagi senyum senyum itu sirna
Diam diam kaki kaki ini pergi


Namun air punya jalannya sendiri,

Mencari celah di sela jemari,

Semakin erat kau genggam,

Semakin deras ia merajam.

​Terkadang, banjir bukan untuk menghancurkan,

Tapi untuk membersihkan apa yang terlalu lama ditahan,

Agar arus tak lagi menjadi lawan,

Melainkan kawan seperjalanan.

Menahan arus yang berbeda
Berharap alur mengubah jeda
Membendung air yang deras
Berharap banjir tak mengganas

Secangkir kopi
Sebatang rokok
Terasa pahit
Penahan ego

Rokok ku hampir punah
Asapnya sudah musnah
Asbak nya sudah penuh
Bara kini terbunuh

Padahal kamu yang ku tunggu
Tak ingin seorang pun yang mengganggu
Saat waktu berpacu dengan lugu
Ternyata membuat semua menjadi ragu

Harapku sempat tersusun menjadi tugu

Namun kini runtuh, mematung di ambang pintu

Apakah diammu adalah sebuah isyarat bisu?

Bahwa temu tak lagi menjadi yang kita tuju.

Disaat seperti ini energi meluap tinggi
Meraung dan menjerit emosi yang tak pergi
Terduduk tak kantuk tanpa strategi
Kepala tertunduk menikmati elegi pagi

Entah mengapa sinyalnya terputus
Apa pulsanya yang telah hangus
Atau kontaknya sudah terhapus
Tapi baterainya tak hingga pupus

 Tajuk hari ini terlalu samar 

Menerpa cahaya redup sang damar 

Menanti hingga kaki dan lutut memar 

Terjaga diantara wajah wajah sangar


Ingatkan aku jika tak berkunjung disini 

Tidak melekatkan nota cerita nurani 

Mengumpat dari nyata tanpa kata berani 

Menambah dongeng dongeng meski tak berharmoni


Tiada kehidupan untuk menoreh kalbu 

Memeluk dan meremas bait bait berdebu M

embakar untaian tali putih bersumbu 

Hanya melihat lintasan alkisah bercumbu

Saturday, December 20, 2025

 Kopi di mejaku dingin sudah

kursi di depanku sudah lelah

kepala ku tak terlihat letih

namun jiwaku mulai tertatih


menunggu bunga yang tak kunjung tiba

hanya harumnya yang masih tersisa

entah aku harus bagaimana

aku tak tahu kau dimana


ternyata semua hanya memori

yang tak akan menjadi simfoni

kau pergi untuk waktu yang lama

aku tetap duduk di tempat yang sama

PUAN (VIDEO)



Melaju
Tak ada rintangan yang pasti

Mendayu
Tak ada nada yang tinggi

Menanti
Tak ada waktu yang ragu

Memberi
Tak ada rasa yang jemu

Menunggu 
Kamu berlari

Menganggu
Kamu berhenti

Merindu
Kamu berkata

Mencinta
Kamu bertahta

Aku bercerita kepada angin,

Betapa hampanya aku.

Aku berpaling dari langit,

Betapa lelahnya aku.

Aku berdalih pada malam,

Betapa sakitnya aku.

Aku berbohong pada hujan,

Betapa baiknya aku.

Sendu

Saat menahan jutaan sayatan rindu

Rindu

Saat mengenang detik-detik sendu

Siapa aku? Ruang sepi yang sempat kau singgahi.

Siapa kau? Pelarian yang mencari tempat berbunyi.

Siapa dia? Pemilik rumah yang sempat lupa jalan pulang.

Siapa dirinya? Alasanmu mengetuk pintuku saat petang.


Dimana aku? Di balik pintu yang kucoba kunci lagi.

Dimana dia? Terlelap, tanpa tahu kuncinya sempat rusak.

Dimana kau? Kembali pulang ke arah yang seharusnya.

Dimana dirinya? Menyambutmu di ambang pintu itu.


Waktu yang teramat singkat,

Menyekat tatap matamu dan mataku.

Namun rasa ini tak bersekat,

Terus memutar ulang memori saat bertemu.

Cinta itu nyata 
Tak dapat diraba namun dirasa 

Rasa itu tak sama 
Tak dapat dibaca namun 

Tuesday, November 25, 2025

Menyalakan api pada kayu
Memaksa bara membakar hati
Seketika rumput menjerit
Dahan tak mampu untuk meronta


Hai wanita hebat, 
aku manusia bejat . 
Kau wanita tersakiti, 
aku manusia penuh iri. 

Wednesday, March 26, 2025

BATASANKU

 

Friday, March 21, 2025

Wednesday, October 25, 2023

Ku tahu batasanku
Antar garis tanah dan udara
Berdamai dengan waktu 
Berlari tak bersua

Ku tahu harapanku
Antara sela tanah dan bulan
Berpeluk dalam semu
Menggapai dalam kelam 

Ku tahu arti hidupku 
Antara batas Laut dan daratan 
Berlari saat surut 
Bernafas saat pasang 



Wednesday, June 1, 2022

 aku butuh lampu tuk melihat

meski itu redup berikan padaku

dua bola lampu redup 

agar dapat kugapai kening yang hangat

disana ada hati yang bergetar 

meski samar aku sabar


aku tak butuh seekor kucing 

meski lucu tapi membuatku pusing

seekor kucing yang mencakar

agar tak terganggu hidupku yang sukar

membuat dua bola lampu terbakar

disana tak ada hati

walau cita tak terhenti 



Monday, May 30, 2022

 Kisah awan dibawah langit

tertukar dengan salju diatas tanah

Langit dipandang

salju terinjak

Langit dikenang

Salju ditendang

Langit Peneduh

Salju penyejuk

dimana aku?

aku menginjak salju dibawah langit

meski tertunduk 

tetap aku terkutuk

 Memandangmu seperti mimpi menggapai awan

dapat kutapak tak dapat kuraih

menggapai mu seperti memandang mentari

hangat namun tak akan melirik

Memeluk mu seperti menggenggam bulan 

Dapat ku pandang tak dapat ku dekap



KERTAS KOSONG


seperti apa yang kau baca aku sebuah halaman kosong

tanpa cerita tanpa kenangan tanpa karangan

menulis dalam kertas lusuh tak berguna

meski aku menulis tetap saja tak akan berarti

karena kau akan membenci kertas kosong

kecewa tak berisi tak berhati


tak perlu ragu aku layak tau kau pandang

tak ada cerita yang kau baca 

tapi aku tetap akan menulis dengan bayangan pena tak berisi 


 aku berlabuh dengan ombak

namun mengajak gelombang


kau karang untuk berlabuh 

namun gelombang menerjang


ombak berharap menjadi pengobat

namun membawa dosa


karanglah sebagai pengobat

namun kini ternoda


aku mencoba menjadi lembayung

meminta maaf namun tak berguna 

karena mentari telah ditelan malam


Saat rasa sampai dalam hati
Tak akan mudah untuk sirna 

Saat cinta datamg siapapun tak menyangka
Tak mudah untum menghindar 

Saat mimpi melanda 
Tak mudah melawan rindu

Saat rindu melanda 
Tak mudah tuk berlalu

Saat cinta terjangkit
Tak mudah mengobati

 Hidup dalam mimpi

Tak ada awal dan tepi

Tiba tiba datang lalu pergi


Sunday, May 8, 2022

saat aku terbangun nanti

tak akan ada yang menanti

karena memang tak berarti


saat aku terbangun nanti

aku tak mengingat mimpi

meski itu dalam hati


saat aku terbangun nanti

lihat lah aku dengan jijik

menjauhlah dan pergi



 


jangan resah 

rinduku tak perlu kau balas

jangan risau 

cintaku tak perlu diingat 


aku tak memanfaatkan kesendiriian

aku  butuh teman yang mengerti arti sendiri


aku tak ingin kau sunyi 

karena aku tahu seperti apa saat sunyi


hujat aku jangan jemu

hancurkan aku tak perlu ragu


aku tahu dan aku mengerti

arti semua kesalahan dalam hidup ini

Thursday, July 15, 2021

 dua bola yang ku kecup

aku rindu saat kau tak ada

ingin menghentikan waktuku saat bersama mu


gelang dengan 33 butir

aku senang kamu terikat

ingin seperti perasaan kita yang liar


lantai dua yang tersembunyi 

aku menunggu rangkulan erat

ingin hatiku tenang saat itu

ketika puan merindu
surya mengadu
embun mendebu

ketika puan bertemu
langit tak semu
tanah tak jemu

ketika puan menanti
bulan tak berhati
laut tak berarti

rindu karena cinta

marah karena cinta

kecewa karena cinta

bahagia karena cinta


pergi karena cinta

datang karena cinta 

memberi karena cinta

menerima karena cinta


setia karena cinta 

berkhianat karena cinta

mengingat karena cinta

lupa karena cinta


diam karena cinta 

bersabar karena cinta

berbuat karena cinta

berkorban karena cinta 


hidup karena cinta 

bertahan karena cinta

aku karena cinta 

kamu karena cinta

dia karena cinta

dirinya karena cinta 


 semua aku yang rasa bukan kamu, dia atau dirinya

semua kamu yang rasa bukan aku, dirinya dan dia 

siapa yang peduli ....ya,  hanya aku

siapa yang peduli  ... ya, hanya kamu 


karena kita mengngungkapnya pada dirikita sendiri

seperti mimpi yang kita ulang hanya untuk mengenangnya 

bahagia? itu  hanya kita kita yang tau dan rasa

Friday, July 2, 2021

Rindu saat chese donut bertemu americano

nasi kuning dengan styrofoam

saat mojito dengan gelas besar 

sop iga dan cireng panas

mungkin Vsixty dengan sloki

atau Lemon Filter dengan es batu

tapi tongseng belum juga tiba 

Thursday, June 10, 2021

tentang

Sempat menatap tak kuasa meraih
Rindu tak bertanya namun bermakna
Layar berkembang menentu arah
Hati tersayang mimpi bersapa 
Jangkar tenggelam kapal terdiam
Badai menggoyah Palka menunggu
Ombak beriak dan berteriak
Desir angin rindu riak air


Monday, April 12, 2021

tenang dan sabar

Tenang ...
Saat kita terdiam dan berfikir
Kenyataan yang di bendung
Kesalahan yang di renung

Sabar ....
Saat kita diam dalam amarah
Kenyataan yang dipendam
Kesalahan yang kelam

Tenang ...
Menentang kericuhan
Mereda kegaduhan 

Sabar 
Menentang kemarahan
Mereda kejiwaan 

Thursday, April 8, 2021

puan

Puan yang tak kupunya
Mimpi nyata tanpa cita
Terlarang ingin ku menang

Puan yang tak kupunya 
Ku puja tak dipuja 
Memberi tak diberi

Puan yang kupunya
Nyata mimpi bercita 
Halal tak ku menang

Puan yang kupunya
Dipuja sulit kupuja
Diberi tak memberi

Puan 
Nyatalah diantara malam dan senja

salahku

Salahku bercerita
Saat jingga lembayung senja 
Purnama malang tertutup awan

Salahku bergembira
Saat hujan  gemuruh hujan
Rintik kecil mengguyur malam

Salahku mengumbar dusta 
Saat cerah menanti bintang
Kerlip redup tak tahu arah

Salahku mengemban gundah
Saat pijak menjemput arah
Embun bening rumput hijau



Monday, April 5, 2021

Dimana aku dan dia
Aku bercumbu tanpa napsu

Dimana kamu dan dia
Aku cemburu dengan semu

Dimana aku dan kamu
Aku berburu dengan rindu

Dimana aku
Aku bercinta dengan sabun

Seperti biasa 
Kita menjalani hidup 
Tenanglah kita bisa menjalani

Seperti biasa
Kita seperti sampah
Sabarlah kita masih tetap berdiri

Seperti biasa
Kita berlari sendiri
Raihlah banyak tangan yang mencari

Seperti biasa 
Kita berfikir
Diamlah rintangan pasti akan terlewati

Monday, March 22, 2021

22 Maret

Tak ada yang istimewa hari ini,  hanya mengingat berkurangnya usia kita untuk hidup. Tak perlu sebuah kado,  tak perlu sebuah pesta. Hanya beberapa harapan yang ingin terwujud.  Tak perlu kemewahan tak perlu harta yang berlimpah.  Harapan itu hanya ketenangan hati. Tak ada satu yang bisa memberi hanya Allah yang bisa memberikan semua itu. Semoga dengan berkurangnya Usia Kamu Allah menambah kedewasaan, Kebijakan,  dan kemandirian yang kamu lakukan berbuah kebahagiaan. 

Tuesday, March 2, 2021

CGV

CGV yang aku lupa 
Tempat tangan kita berpegang 
Tempat kepalamu bersandar
Dengan film yang tak kita mengerti

CGV yang ku lupa 
Terlewat ku sebut
Tempatbkita amnesia bersama
Dimana kita memiliki masalah yang sama 

CGV yang ku lupa 
Mengenang rasa yng belum ada
Asa yang tak tertata
Mimpi yang bertahta


Sunday, February 14, 2021

Hai lampu redup
Masih ingat kucing
Yang hanya bisa membawa mu
Ke taman lansia
Tahura
Manglayang park
Dunkin donut
Ngopi dulu
Kambing kairo 
Hanya coklat cadbury yang bisa menemani mu
Dan kamu tau
V-60
Americano
Black Coffee 
Semua kenangannya terus melekat 
Hingga saat aku masih mendekam dalam relung hati mu... 
Maafkan aku.... 

Kamu tahu cinta itu apa? 
Dia yang mengalahkan semesta dalam nyata

Kamu tahu maksud dari cinta 
Dia menyatukan alam semesta agar menjadi indah 

Kamu tahu apa tujuan cinta? 
Dia memberi rasa yang tak ada di alam semesta 

Kamu tahu apa alam semesta? 
Dia memberi cinta 

Friday, December 25, 2020

 Aku cemburu dengan langit biru 

Dimanapun bisa dipandang oleh mu

Aku cemburu dengan awan putih

Dimanapun bisa meneduhkan mu


Aku rindu 

Friday, November 13, 2020

beban ku

Aku berpura pura dalam berkata 
Bercanda dalam sepi
Tersenyum dalan sedih 
Terisak dalam tawa 
Berkasih dalam benci

Aku jujur dalam hati 
Bersembunyi dalam terang
Berteriak dalam bising 
Diam dalam sunyi 
Tertawa dalam canda 

Aku berbohong pada hari 
Berteriak dalam diam 
Menangis tanpa sua
Bercinta tanpa napsu

Friday, October 16, 2020

Cinta 
Bencilah aku 

Cinta 
Kau menyakitiku 

Cinta 
Tapi jangan kau pergi

Cinta 
Kau curi separuh hatiku

Cinta 
Bawa kembali 

Cinta 
Ingatlah
Suatu saat aku akan menua 
Dan aku masih menyimpan separuh hatiku

Cinta 
Takan mengeri apa artinya untuk ku

manglayang

Manglayang 
Membuatku melayang

Gazebo 
Membawaku terlelap di pangkuanmu

V sixty 
Khayalku terbawa mimpi

Mojito
Aku rindu manglayang

Bukan sekedar kata 
Saat kau ucap kata sayang 
Semua membuat aku merasa nyata

Saat hati ku terbelah dua 
Alasan kau bertahan 
Adalah membuat aku tahu 

Meski mimpi 
Semua ada dalam relung hati
Dan aku ingin sepertimu

Mencintai
Menyayangi
Merindui

Jadi bukan sekedar kata 
Semua membuatku bahagia

Wednesday, September 16, 2020

 Cinta tak bersyarat

Cinta tak berkarat

Cinta tak mengerat

Cinta mempererat


Tuesday, September 8, 2020

Yang aku tahu

Bila alam semesta tahu apa arti kamu untukku
kamu adalah alam semesta itu 

Bila alam semesta tahu apa arti aku untuk mu 
aku adalah atom yang bercerai derai

Bila alam semesta tahu apa arti aku dalam langit malam
aku bukan bintang tak bersinar

Bila alam semesta tahu apa arti aku dalam langit siang 
aku bukan awan tak putih

aku bukan tanah yang dipijak 
aku bukan mentari yang hangat
aku bukan udara yang sejuk 
aku bukan air yang jernih 

aku sebatas angin yang berlalu lalang
menggapai dekapan dekapan hampa 

Saturday, July 11, 2020

maaf dan terima kasih

Ini bukan puisi yang aku buat
Untuk aku lampu redup bukan sebuah syair
Lampu redup adalah sebuah bagian kisah yang tak akan aku lupakan dan aku tinggalkan 

Percayalah aku baik baik saja dan maafkan aku sudah melibatkan kamu hingga dia sangat membencimu
Tapi banyak hikmah dari ini

Semoga kamu baik baik saja dan apa yang kamu tunggu berjalan lancar 


Love U mbe

Saturday, December 28, 2019

izinkan

Izinkan aku menjadi bunga
Untuk menjadi nyaman tatapan mu

Izinkan aku menjadi udara
Untuk menjadi nyaman hela nafas mu

Izinkan aku menjadi lagu
Untuk menjadi nyaman pendengaran mu

Izinkan aku menjadi bantal
Untuk membuat nyaman tidur mu

Izinkan aku menjadi guling
Untuk membuat nyaman pelukmu

Izinkan aku menjadi badut
Untuk membuat nyaman tawamu
Meski itu mimpi

Izinkan aku menjadi apapun
Untuk menjadi nyaman dalam hidup mu

Thursday, December 5, 2019

akhir sebelas di sembilan belas

Saat kau bersandar di dadaku
Waktu tak berhenti, Detik dicuri 
Hingga kita sadar apa yang kita lihat
Apa yang kita rasa bukan biasa

Saat tanggan saling menggenggam
Ribuan detak berpacu cepat
Nimat yang tak dapat didustakan
Candunya melekat sangat pekat

Saat mata besar mu menatap
Sayatan luka mendera, manambah pedih
Nikotinnya bertambah hinggs tak merasakan luka yg perih


saat itu

Saat melihat matamu
Entah dari mana tiba tiba hati ku bergetar
Meski kau tak menyapa rasaku tetap ada

Saat melihat senyum mu
Mengenang tapi tak dikenal
Seperti kalbu yang berbicara pada diri sendiri

Saat bersama dengan mu 
Jantung berdenyut dengan frequensi yang tinggi
Dengan jutaan rindu yang terus berdatangan 

Saat menggenggam tangan mu 
Waktu tak segan meninggalkan detik demi detik
Berlalu cepat tanpa mau menggembalikan asa yang bercumbu... 

Saturday, November 30, 2019

waktu

Waktu yang terkurung 
kalbu yang telah berdebu
Bahagia yang tlah kelu

Waktu yang muram
Hati yang telah hampa
Derita yang bertahta

Waktu yang karam
Rasa yang tenggelam
Nahkoda yang terluka

Waktu yang kejam 
Datang tak kembali
Pergi tak berarti

Waktu yang suram 
Lembayung yang kelabu
Redup yang menjadi gelap

Waktu yang durjana
Merindu detik
Merompak menit

Akankah kembali? 

Wednesday, November 27, 2019

cinta yang kejam

Cinta yang kejam
Kau beri aku 
Tapi tak kau beri dia

Cinta yang kejam 
Kau siksa aku 
Dari rindu yang semu

Cinta yang kejam
Kau berikan aku neraka 
Dari cemburu yg tak berkata

Cinta yang kejam 
Kau renggut dariku
Dengan asa yang takberdaya

Biarkan aku membendung rinduku

Biarkan aku Membendung rinduku 
Dari dahagamu dalam gelas yg retak

Biarkan aku membendung rinduku
Dari api yang membakar kertas dan terhempas

Biarkan aku membendung rinduku
Dari genggaman yang tercengkram dan membuatnya karam 

Monday, November 25, 2019

apa aku sanggup

Kau tau aku berharap membenci mu
Dari kasih yang kau dapat lebih dulu
dengan iri yang tak dapat memilikimu

Kau tau aku berharap mencelamu
Dari keindahan yang membuatku terpaku
Dengan siksaan untuk merindumu

Tapi apa aku sanggup? 

reinkarnasi

Walaupun kau tak ada disampingku
Senyummu mendampingiku
Walau hariku tak bersama dirimu
matamu membuatku lebih bahagia

Meski ragamu tak kumiliki 
Hatiku kan terus mendampingi
Tuhan berikan aku reinkarnasi
hanya kau yg akan kurindui 
Untuk ku sayangi 




Monday, November 18, 2019

tak ada senyummu


Tak ada senyum mu hari ini 
Aku yertawa dengan pedih
Tersenyum dengan perih
Tanpa senyummu hari ini
Bertahta tak dapat berkata
Berdaya namun tak berupaya
Tanpa senyum mu hari ini
Dewa terbekam
Bidadari muram
Malaikat karam 
Bagaimana dengan aku? 

pucuk kering



Pucuk yang kering 
tumbuh dan mati 
Tua bersama ranting 
Lara dan pergi Kurus tak terurus 
terpukul tak terangkat 
Tergeletak dan terinjak 
Terlena dan terhina 
tak bergerak dan terhentak 
Bergejolak terbawa ombak
 Berteriak tak beriak 
Hanya rindu air

Saturday, November 16, 2019

BSYT (Bidadari setia yang terluka)

 Bidadari setia yang muram
Tersenyum namun menitihkan air mata 
Memberikan cahaya walau saat kelam
Berisyarat surga walau dalam neraka

Bidadari setia yang terluka
Meski tersayat tetap saja bercinta
Mata terpejam hati terjaga
Bertarung kesedihan untuk bahagia

Bidadari setia yang tak murka 
Tertatih untuk berlari
Merangkul walau terpukul
Mengalir walau tak berair

Bidadari setia yang  tersiksa
Entah kapan dia terluka
Mencari dewa dari jelata
Untuk ia bawa menuju surga


Friday, November 15, 2019

apalah

kemarin semua cerita telah terhampar dalam benua
hari ini cerita dihamparkan untuk semua
esok cerita baru terlukis dan bersua

jika kemarin lampu meredup 
hari ini lampu menyala
esok dia yang akan menggambarnya 

saat kemarin kucing bermain 
hari ini kucing berlari 
esok dia akan mencatat nya

Kucing nakal

Mengeong Berguling
Mengeong
menjilat dan mengeong

bersimpuh dan berdiri
ingin makan

Mengeong
berlari dan mengejar

Mengeong
hampa dan mencoba
memanggil dan menggeram
melihat lampu yang redup

ekornya berdiri membenci
tak mau lari terus melindungi

ekornya dikibas
saat lampu tak redup
berlari dan menari


Semalam

Hujan tak mengiris kesedihan
Petir bukan marah pada awan
mereka berderma kepada kamajaya

Hujan tak dapat bicara
petir tak dapat menyapa
tapi mentari menganugrahi sua

Hutan tak menjerit pedih
Pohon tak bekata perih 
Tapi kabut menyelimuti kasih 


Lampu Yang Redup

Lampu redup berkawan dengan gelap
Mengundang kucing yang terlelap
Hingga hinggap dan terperangkap

Membuang asa jangan membuang cahaya
Meski gelap jangan menantang bahaya
melangkahlah menunggu seraya